Jika kita melihat sekeliling, begitu banyak peluang yang tersedia untuk diraih. Namun, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mengambil peluang tersebut.
Teman-teman disabilitas, misalnya, sering kali terhambat oleh keterbatasan fisik yang mereka hadapi. Padahal, mereka seharusnya memiliki akses yang setara untuk melakukan usaha, bekerja, dan memenuhi kebutuhan mereka secara mandiri, seperti yang kita alami.
Dengan jiwa yang besar, Taryaningsih mendirikan Yayasan Disabilitas Naeema untuk membantu mewujudkan impian penyandang disabilitas agar dapat memiliki rumah hunian yang layak sekaligus tempat usaha sesuai keahlian masing-masing agar mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri tanpa bergantung dengan orang lain.
PSN mengajak teman-teman untuk dapat berkontribusi membangun Hunian Inklusif untuk komunitas Disabilitas di Trenggalek.
Dana yang terkumpul dari seluruh rekan-rekan PSN akan digunakan untuk bantuan tahap awal yaitu kelengkapan isi rumah hunian dengan kebutuhan dana sebesar Rp.54,OOO,OOO.
Rumah hunian ini akan menjadi tempat tinggal sekaligus usaha agar teman-teman disabilitas di Yayasan Naeema juga mampu berkreasi dan berkarya.
Yayasan Disabilitas Naeema berharap pada bantuan tahap berikutnya akan dibangun beberapa unit hunian baru untu komunitas Disabilitas.
Kepada Rekan-rekan PSN, ayo berbagi rezeki kita dengan memberikan donasi pada link berikut:
Jadwal Pembukaan Donasi:
29 Agustus – 5 September 2024
0
Rp. 54.000.000
Donasi ini akan menggunakan sistem Matching Fund, sebagai contoh, jika total donasi dari rekan-rekan PSN sebesar Rp.27.OOO.OOO maka PSN juga akan mendonasikan dengan nominal yang sama yaitu Rp.27.OOO.OOO.
Dana yang berlebih akan digunakan untuk pembangunan tahap selanjutnya, yaitu dapat membangun unit rumah baru di kawasan disabilitas Trenggalek.
Nama Yayasan | Yayasan Disabilitas Naeema |
Alamat | Desa Prambon, Kecamatan Tugu, Trenggalek |
Jumlah Orang | 16 Orang (12 Dewasa, 4 Anak) |
Kondisi Terkini | 6 Rumah sudah ada pondasi, namun saat ini tidak terbangun dan besi sudah berkarat 3 Rumah sudah terbangun namun belum ada listrik, air dan perabot 3 Rumah sudah terbangun belum ada perlengkapan perabot |
Taryaningsih, yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa dari Universitas Negeri Surabaya dan bekerja sebagai guru di Sekolah Luar Biasa (SLB), menyadari bahwa banyak lulusan SLB kesulitan mencari pekerjaan. Berangkat dari pengalaman ini, ia mendirikan Yayasan Disabilitas Naeema untuk membantu teman-teman disabilitas mengembangkan keterampilan agar mereka dapat berkreasi dan berkarya. Namun seiring berjalannya waktu, teman-teman disabilitas yang telah berkeluarga dan menjalankan usaha menghadapi tantangan baru dalam membeli rumah, terutama terkait kesulitan administrasi.
Dirintis sejak tahun 2019, kawasan inklusif Yayasan Disabilitas Naeema Trenggalek terus berkembang. Tergeraknya hati Taryaningsih selaku pendiri Yayasan Naeema untuk membantu mewujudkan impian penyandang disabilitas untuk memiliki rumah hunian yang layak sekaligus tempat usaha sesuai keahlian masing-masing. Maka dari itu, Tarya memiliki inisiatif untuk melakukan pembangunan pemukiman inklusif dengan prinsip “SATU rumah SATU usaha”, karena fungsinya tidak hanya sebagai rumah hunian akan tetapi juga sebagai rumah produksi. Usaha tersebut sesuai dengan kemampuan disabilitas, sehingga mereka tidak hanya mempunyai tempat tinggal tapi mampu memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
Lingkungan inklusi adalah lingkungan sosial masyarakat yang terbuka, ramah, meniadakan hambatan dan menyenangkan karena setiap warga masyarakat tanpa terkecuali saling menghargai dan merangkul setiap perbedaan. Pemukiman inklusif ini dibangun di atas lahan seluas 1400 M2. Setiap rumah memiliki luas 32 Meter persegi dengan ukuran rumah 4×8 Meter. Adapun rumah yang akan dibangun sebanyak 20 unit. Namun, saat ini baru terbangun 13 unit rumah dan masih terdapat 6 unit yang perlu dilanjutkan pembangunannya, dan 6 unit yang belum ditempati karena belum terdapat fasilitas perlengkapan di dalamnya, 3 unit diantaranya juga belum terpasang listrik dan air. Semua akses layanan umum di kawasan ini akan didesain secara khusus agar aksesibel untuk disabilitas, terdapat jalur kursi roda dan guiding block untuk disabilitas netra.
Dengan adanya kawasan inklusif ini, teman-teman disabilitas juga dapat berbaur dengan masyarakat sekitar. Masyarakat sudah banyak yang memanfaatkan jasa-jasa mereka seperti halnya menjahit, salon, warung, dan berbagai jasa lain. Hal ini sesuai dengan keinginan pendiri yayasan untuk membantu teman-teman disabilitas memiliki kesetaraan dengan masyarakat non disabilitas lainnya dan juga kehadiran para disabilitas diterima oleh masyarakat. Dengan hadirnya kawasan inklusif ini sangat berdampak dalam hal ekonomi dan sosialnya. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat disabilitas memiliki kesempatan yang sama dengan non disabilitas lainnya.
Dengan adanya kawasan inklusif ini, pemasaran hasil produksi mereka jadi semakin tersentra, dalam satu tepat ada beberapa macam hasil produksi yang berbeda-beda. Sebagai salah satu bentuk kegiatan ekonomi mereka, Yayasan Disabilitas Naeema juga baru saja melakukan launching buku yang dapat dipesan dengan harga Rp 100.000,- Buku ini berisikan bagaimana kisah perjuangan membangun kawasan inklusif yang menghabiskan milyaran rupiah, bagaimana cara mengembangkan budaya inklusi di dalamnya, serta bagaimana sepenggal kisah kehidupan bermasyarakat antara disabilitas dengan non disabilitas dan pengetahuan tentang kebutuhan disabilitas.
Realitanya, di Trenggalek banyak sekali pengembang yang membangun perumahan, akan tetapi harganya tidak terjangkau oleh disabilitas dan kelompok rentan. Disamping itu persyaratan bank dalam memberikan pinjaman juga sangat ketat, sehingga sangat sulit bagi disabilitas dan kelompok rentan mendapatkan pinjaman untuk membeli rumah. Bahkan perumahan bersubsidi yang merupakan program pemerintah juga sulit diakses oleh disabilitas dan kelompok rentan.
Alhasil disabilitas dan kelompok rentan baik di Trenggalek maupun di seluruh Indonesia banyak yang tidak mempunyai rumah. Padahal sama seperti manusia lainnya mereka mempunyai impian untuk mempunyai rumah sendiri, hidup sejahtera dengan keluarganya. Saat awal mendirikan perumahan ini, pendiri yayasan menggunakan uang pribadinya hingga melakukan dana pinjaman ke berbagai pihak.
Hal tersebut dilakukan untuk mewujudkan mimpi para penyandang disabilitas di Trenggalek. Tarya juga memiliki keinginan untuk kawasan inklusif ini dapat dikenal dan dikunjungi oleh banyak orang, tak hanya warga sekitar pemukiman tersebut. Kendala yang dialami untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kendala dalam biaya untuk melanjutkan pembangunan beberapa unit rumah, belum terdapat fasilitas dalam rumah yang sudah dapat ditempati, dan kurangnya sosialisasi kepada masyarakat luas.
Dengan adanya kawasan inklusif ini, diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan disabilitas dan juga membuka mata dunia, bahwa disabilitas juga mampu berkreasi dan berkarya. Kenapa disebut kawasan inklusif, karena mereka mampu hidup berdampingan dengan masyarakat non disabilitas, mengikuti semua kegiatan di lingkungan tanpa ada diskriminasi. Inilah pentingnya mewujudkan kawasan inklusif ini sebagai langkah awal untuk mewujudkan Indonesia yang inklusif.
Jika terdapat pertanyaan, dapat menghubungi ke:
CP: Muhammad Budi (Community Development)